Artikel
Ekonomi Makro Tentang Kebijakan Fiskal dan Moneter
Negara Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang
berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis
yang dialami negeri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup
tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya
investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta
terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk
terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam
mengatasinya. Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil
oleh pemerintah mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi
pemerintah dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya
peran pemerintah.
Kondisi ekonomi negara Indonesia pada masa orde baru sudah
pernah memanas. Pada saat itu pemerintah melakukan kebijakan moneter berupa
contractionary monetary policy dan vice versa. Kebijakan tersebut cukup efektif
dalam menjaga stabilisasi ekonomi dan ongkos yang harus dibayar relatif murah.
Kebijakan moneter yang ditempuh saat ini berupa open market operation
memerlukan ongkos yang mahal. Kondisi ini diperparah dengan adanya kendala yang
lebih besar, yaitu pengaruh pasar keuangan internasional.
Pengaruh krisis ekonomi pada kebijakan fiskal, dimana
Berdasarkan AD/ART pemerintah negara Indonesia, sebagaimana yang dipublikasikan
oleh BI, untuk semester pertama tahun anggaran 2000 terlihat bahwa telah
terjadi defisit anggaran yang disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk
subsidi dan pembayaran bunga hutang. Meski sebenarnya terjadi peningkatan
penerimaan, namun ternyata besarnya peningkatan penerimaan masih jauh lebih
rendah dibanding peningkatan pengeluaran. Dominasi kebijakan moneter dibanding
kebijakan fiskal dan deregulasi sektor riil menyebabkan terjadinya kebijakan
makro ekonomi yang tidak seimbang.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat
bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam,
dan pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk
mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan
ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana
mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan atau dimana ada sistem diatur
menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral,
otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan
dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan gol).
Adalah penting bagi para pembuat kebijakan untuk membuat pengumuman kredibel.
Jika agen-agen swasta (konsumen dan perusahaan) percaya bahwa para pembuat
kebijakan berkomitmen untuk menurunkan inflasi, mereka akan mengantisipasi
harga di masa depan lebih rendah daripada yang (bagaimana ekspektasi yang
terbentuk adalah hal yang sama sekali berbeda, misalnya membandingkan
ekspektasi rasional dengan ekspektasi adaptif ).
Kebijakan
Fiskal dan Moneter
Disusun oleh :
Mawaputri
(14212495)
Universitas Gunadarma
Depok
KATA PENGANTAR
Puji syukut kehadirat Tuhan semesta Alam yang telah memberikan kesempatan
serta pengetahuan sehingga makalah yang mengangkat tema “Kebijakan
Fiskal dan Moneter” ini sekiranya
dapat terselesaikan pada waktunya.
Penulis juga
tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen dan pihak yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini juga
diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang Kebijakan
Fiskal dan Moneter. Terima kasih
juga tak lupa penulis sampaikan kepada pembaca yang sekiranya telah meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini seraya memajukan selangkah lagi pengetahuan
tentang isi makalah ini. Untuk kesempurnaan dari makalah ini, maka penulis mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca agar dalam menyusun makalah berikutnya dapat lebih
baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan kita semua, terima kasih.
Depok, Juni
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................ i
DAFTAR
ISI......................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kebijakan Fiskal............................................. 3
2.2 Definisi
Kebijakan Moneter.......................................... 6
2.1.1 Jenis- jenis kebijakan moneter............................. 9
2.3 Hubungan Antara Kebijakan Fiskal dan Moneter...... 14
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................. 15
3.2
Saran........................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling
berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan
tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak
(tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel
utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga.
Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan
kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya
sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia
internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi
masing – masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan
semula dan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat
dunia terhadap perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia
terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah
menurunkan suku bunga sampai tingkat yang terendah. Tingkat bunga yang
sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk melakukan kebijakan
moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan
fiscal. Menurut Mohamad Ikhsan, (http://majalah.tempointeraktif.com)
negara-negara yang tergabung dalam G-20 dalam komunike bersamanya baru ini-ini
sepakat mendorong lebih cepat ekspansi kebijakan fiskal minimal 2 persen dari
produk domestik bruto untuk memulihkan perekonomian dunia. Meskipun secara
teoretis kebijakan fiskal dapat berfungsi sebagai stimulus perekonomian, dalam
pelaksanaannya sering kali terdapat hambatan. Hambatan ini dirasakan terutama
di negara berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas dapat di buat beberapa rumusan masalah yaitu antar lain:
- Definisi kebijakan fiskal (fiskal policy)
- Definisi kebijakan moneter
- Hubungan antara kebijakan fiskal dan moneter
1.3 Tujuan Pembahasan
- Agar lebih memahami definisi dari kebijakan fiskal
- Agar lebih memahami tentang kebijakan moneter
- Serta mempermudah pembaca memahami hubungan kebijakan fiskal dan moneter
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh
oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini
mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja
pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
Pada sektor rumah tangga(RTK), dimana rumah tangga melakukan
pembelian barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan untuk konsumsi daan
mendapatkan pendapatan berupa gaji, upah, sewa, dividen, bunga, dll dari
perusahaan. kegiatan ekonomi dengan Pemerintah adalah rumah tangga menyetorkan
sejumah uang sebagai pajak dan menerima penerimaan berupa gaji, bunga,
penghasilan non balas jasa, dll. Sedangkan dengan Dunia Internasional adalah
rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negeri untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
Pada sektor perusahaan, kegiatan ekonomi memiliki hubungan
dengan rumah tangga yaitu perusahaan menghasilkan produk-produk barupa barang
dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dan memberikan penghasilah dan
keuntungan kepada rumah tangga barupa gaji, deviden, sewa, upah, bunga.
Sedangkan hubungan dengan Pemerintah, perusahaan akan membayar pajak kepada
pemerintah dan menjual produk dan jasa kepada pemerintah. Sedangkan hubungan
dengan Dunia Internasional, perusahaan melakukan impor atas produk barang
maupun jasa dari luar negri.
Pada sektor pemerintah, kegiatan ekonomi yang berhubungan
dengan RumahTangga dimana pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga untuk
kebutuhan operasional, pembangunan. Dan untuk hubungan dengan Perusahaan,
pemerintah mendapatkan penerimaan pajak dari pengusaha dan pemerintah membeli
produk dari perusahaan berdasarkan dana anggaran belanja yang ada. Pada sektor
Dunia Internasional / Luar Negeri, dimana Hubungan dengan RumahTangga adalah
dunia internasional menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rumah tangga.
dan untuk Hubungan dengan Perusahaan, dunia internasional mengekspor produknya
kepada bisnis-bisnis perusahaan.
Negara Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang
berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis
yang dialami negeri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup
tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya
investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta
terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk
terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam
mengatasinya. Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil
oleh pemerintah mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi
pemerintah dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya
peran pemerintah.
Kondisi ekonomi negara Indonesia pada masa orde baru sudah
pernah memanas. Pada saat itu pemerintah melakukan kebijakan moneter berupa
contractionary monetary policy dan vice versa. Kebijakan tersebut cukup efektif
dalam menjaga stabilisasi ekonomi dan ongkos yang harus dibayar relatif murah.
Kebijakan moneter yang ditempuh saat ini berupa open market operation
memerlukan ongkos yang mahal. Kondisi ini diperparah dengan adanya kendala yang
lebih besar, yaitu pengaruh pasar keuangan internasional.
Pengaruh krisis ekonomi pada kebijakan fiskal, dimana Berdasarkan
AD/ART pemerintah negara Indonesia, sebagaimana yang dipublikasikan oleh BI,
untuk semester pertama tahun anggaran 2000 terlihat bahwa telah terjadi defisit
anggaran yang disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk subsidi dan
pembayaran bunga hutang. Meski sebenarnya terjadi peningkatan penerimaan, namun
ternyata besarnya peningkatan penerimaan masih jauh lebih rendah dibanding
peningkatan pengeluaran. Dominasi kebijakan moneter dibanding kebijakan fiskal
dan deregulasi sektor riil menyebabkan terjadinya kebijakan makro ekonomi yang
tidak seimbang.
Dari semua unsur APBN hanya pembelanjaan Negara atau
pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan
kebijakan fiscal. Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional
mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat
dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta
kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak
diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan
dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan
daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan
Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan
pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna
memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan
ekonomi sedang resesif.
2.
Anggaran
Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan
pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya.
Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi
yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan
permintaan.
3.
Anggaran
Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika
pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik
anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan
disiplin.
Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil
pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah
pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat
pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
2.2 Definisi Kebijakan Moneter (monetary policy)
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan
keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan. Dengan kata lain, kebijakan moneter adalah
proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara
kontrol suplai (i) uang, (ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku
bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat
bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam,
dan pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk
mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan
ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran. Dimana
mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur
menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral,
otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan
dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan gol).
Adalah penting bagi para pembuat kebijakan untuk membuat pengumuman kredibel.
Jika agen-agen swasta (konsumen dan perusahaan) percaya bahwa para pembuat
kebijakan berkomitmen untuk menurunkan inflasi , mereka akan mengantisipasi
harga di masa depan lebih rendah daripada yang (bagaimana ekspektasi yang
terbentuk adalah hal yang sama sekali berbeda, misalnya membandingkan
ekspektasi rasional dengan ekspektasi adaptif ). Jika seorang karyawan berharap
harga akan tinggi di masa depan, ia akan membuat kontrak upah dengan upah yang
tinggi untuk mencocokkan harga-harga. Oleh karena itu, harapan upah yang lebih
rendah tercermin dalam perilaku penetapan upah antara karyawan dan majikan
(upah lebih rendah karena harga diharapkan lebih rendah) dan karena upah
tersebut sebenarnya lebih rendah tidak ada demand pull inflasi karena karyawan
menerima upah lebih kecil dan tidak ada biaya tekanan inflasi karena majikan
membayar kurang dari upah.
Untuk mencapai tingkat inflasi rendah, pembuat kebijakan
harus memiliki pengumuman kredibel, yaitu agen-agen swasta harus percaya bahwa
pengumuman ini akan mencerminkan kebijakan masa depan yang sebenarnya. Jika
pengumuman tentang target inflasi yang rendah tingkat dibuat tetapi tidak
diyakini oleh agen-agen swasta, penetapan upah akan mengantisipasi tingkat
inflasi yang tinggi dan upah akan semakin tinggi dan inflasi akan meningkat.
Sebuah upah yang tinggi akan meningkatkan permintaan konsumen ( demand pull
inflation ) dan biaya sebuah perusahaan ( cost push inflation ), sehingga
inflasi meningkat. Oleh karena itu, jika pengumuman seorang pembuat kebijakan
tentang kebijakan moneter yang tidak dapat dipercaya, kebijakan tidak akan
memiliki efek yang diinginkan.
Jika pembuat kebijakan percaya bahwa agen-agen swasta
mengantisipasi inflasi yang rendah, mereka memiliki insentif untuk mengadopsi
kebijakan moneter ekspansionis (dimana manfaat marjinal meningkatkan output
ekonomi melampaui biaya marjinal inflasi), namun, dengan asumsi agen-agen
swasta memiliki ekspektasi rasional , mereka tahu bahwa para pembuat kebijakan
memiliki insentif ini. Oleh karena itu, agen-agen swasta tahu bahwa jika mereka
mengantisipasi inflasi yang rendah, kebijakan ekspansionis akan diadopsi yang
menyebabkan peningkatan inflasi. Akibatnya, (kecuali para pembuat kebijakan
dapat membuat pengumuman inflasi yang rendah mereka kredibel), agen-agen swasta
mengharapkan inflasi yang tinggi. antisipasi ini dipenuhi melalui harapan
adaptif (perilaku upah-setting), maka, ada inflasi yang lebih tinggi (tanpa
manfaat produksi meningkat). Oleh karena itu, kecuali pengumuman kredibel dapat
dibuat, kebijakan moneter yang ekspansif akan gagal.
Pengumuman dapat dilakukan kredibel dalam berbagai cara.
Salah satunya adalah untuk mendirikan bank sentral yang independen dengan
target inflasi yang rendah (tapi tidak ada target output). Oleh karena itu,
agen-agen swasta tahu bahwa inflasi akan rendah karena sudah diatur oleh badan
independen. Bank-bank sentral dapat diberikan insentif untuk memenuhi target
(misalnya, anggaran yang lebih besar, bonus upah untuk kepala bank) untuk
meningkatkan reputasi dan sinyal komitmen yang kuat untuk tujuan kebijakan. Reputasi
merupakan elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Tapi gagasan
reputasi tidak harus bingung dengan komitmen. Sementara bank sentral mungkin
memiliki reputasi baik karena kinerja yang baik dalam melakukan kebijakan
moneter, bank sentral yang sama tidak mungkin telah memilih bentuk komitmen
tertentu (seperti penargetan rentang tertentu untuk inflasi). Reputasi
memainkan peran penting dalam menentukan berapa pasar percaya pengumuman
komitmen tertentu untuk tujuan kebijakan tetapi kedua konsep tidak boleh
berasimilasi. Juga, perhatikan bahwa di bawah ekspektasi rasional, tidak perlu
bagi pembuat kebijakan untuk telah menetapkan reputasi melalui tindakan
kebijakan masa lalu; sebagai contoh, reputasi kepala bank sentral mungkin
berasal sepenuhnya dari ideologi nya, latar belakang profesional , pernyataan
publik, dll. Bahkan telah berpendapat bahwa untuk mencegah beberapa
patologi terkait dengan inkonsistensi waktu pelaksanaan kebijakan moneter
(inflasi berlebihan tertentu), kepala bank sentral harus memiliki kebencian
yang lebih besar untuk inflasi dari sisa ekonomi pada rata-rata. Oleh karena
itu reputasi bank sentral tertentu tidak perlu terikat pada kinerja masa lalu,
melainkan untuk pengaturan kelembagaan tertentu bahwa pasar dapat digunakan untuk
membentuk ekspektasi inflasi. Meskipun sering diskusi kredibilitas yang
berkaitan dengan kebijakan moneter, makna yang tepat dari kredibilitas jarang
didefinisikan. kurangnya kejelasan tersebut dapat berfungsi untuk memimpin
kebijakan jauh dari apa yang diyakini paling menguntungkan. Misalnya, kemampuan
untuk melayani kepentingan umum adalah salah satu definisi dari kredibilitas
sering dikaitkan dengan bank sentral. Keandalan dengan mana suatu bank sentral
janjinya juga merupakan definisi umum. Sementara semua orang setuju kemungkinan
besar bank sentral tidak boleh berbohong kepada publik, perselisihan luas ada
di bagaimana bank sentral dapat melayani kepentingan publik. Oleh karena itu,
kurangnya definisi dapat mendorong orang untuk percaya bahwa mereka mendukung
satu kebijakan tertentu kredibilitas ketika mereka benar-benar mendukung lain.
2.2.1 Jenis-jenis kebijakan moneter
Dalam prakteknya, untuk menerapkan semua jenis kebijakan
moneter alat utama yang digunakan adalah memodifikasi jumlah uang primer yang
beredar. Otoritas moneter melakukan hal ini dengan membeli atau menjual aset
keuangan (biasanya kewajiban pemerintah). Ini operasi pasar terbuka berubah
baik jumlah uang atau likuiditas (jika bentuk cair kurang dari uang yang dibeli
atau dijual). The multiplier effect perbankan cadangan fraksional memperkuat
dampak dari tindakan. transaksi pasar Konstan oleh otoritas moneter
memodifikasi pasokan mata uang dan ini dampak variabel pasar lain seperti suku
bunga jangka pendek dan nilai tukar.
Inflasi Penargetan
Berdasarkan pendekatan kebijakan target adalah untuk menjaga
inflasi, di bawah sebuah definisi tertentu seperti Indeks Harga Konsumen, dalam
kisaran yang diinginkan. Target inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala
kepada Bank Sentral suku bunga target. Tingkat bunga yang digunakan adalah
umumnya tingkat antar bank di mana bank meminjamkan kepada satu sama lain
semalam untuk keperluan arus kas. Tergantung pada negara ini tingkat bunga
tertentu yang bisa disebut uang bunga atau sesuatu yang serupa.
Target suku bunga dipertahankan untuk jangka waktu tertentu
menggunakan operasi pasar terbuka. Biasanya durasi bahwa target suku bunga
dipertahankan konstan akan bervariasi antara bulan dan tahun. Target suku bunga
biasanya ditinjau secara bulanan atau kuartalan oleh komite kebijakan. Perubahan
target suku bunga dibuat sebagai tanggapan terhadap berbagai indikator pasar
dalam upaya untuk memperkirakan tren ekonomi dan dengan demikian pasar tetap
pada jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Sebagai contoh, satu
metode sederhana inflation targeting disebut aturan Taylor menyesuaikan tingkat
suku bunga sebagai respon terhadap perubahan dalam tingkat inflasi dan
kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B. Taylor dari Universitas Stanford
.
Penargetan inflasi pendekatan untuk pendekatan kebijakan
moneter ini dipelopori di Selandia Baru. Hal ini saat ini digunakan di
Australia, Brazil, Kanada, Chile, Kolombia, yang Republik Ceko, Selandia Baru,
Norwegia, Islandia , Filipina, Polandia, Swedia, Afrika Selatan, Turki, dan
Inggris .
Harga penargetan tingkat mirip dengan inflation targeting kecuali bahwa pertumbuhan CPI dalam satu tahun atas atau di bawah target tingkat harga jangka panjang adalah offset pada tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat harga yang ditargetkan tercapai dari waktu ke waktu, misalnya lima tahun, memberikan kepastian lebih lanjut tentang masa depan kenaikan harga kepada konsumen. Dalam inflation targeting apa yang terjadi pada tahun-tahun terakhir segera tidak diperhitungkan atau disesuaikan dalam tahun berjalan dan masa depan.
2. Agregat Moneter
Pada 1980-an, beberapa negara menggunakan pendekatan yang didasarkan pada pertumbuhan konstan dalam jumlah uang beredar. Pendekatan ini disaring untuk memasukkan kelas yang berbeda dari uang dan kredit (M0, M1 dll). Di Amerika Serikat ini pendekatan kebijakan moneter dihentikan dengan pemilihan Alan Greenspan sebagai Ketua Fed. Pendekatan ini juga kadang-kadang disebut monetarisme . Sementara kebijakan yang paling moneter berfokus pada sinyal harga satu bentuk atau lain, pendekatan ini difokuskan pada jumlah moneter.
3. Nilai Tukar Tetap
Kebijakan ini didasarkan pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang asing. Ada berbagai tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya dengan cara kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar. Di bawah sistem nilai fiat tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter menyatakan nilai tukar tetap tetapi tidak aktif membeli atau menjual mata uang untuk mempertahankan tingkat. Sebaliknya, tingkat dipaksakan oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya kontrol modal , impor / lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar dimana perdagangan mata uang pada pasar / nilai tidak resmi.
Di bawah sistem fixed-konvertibilitas, mata uang dibeli dan
dijual oleh bank sentral atau otoritas moneter setiap hari untuk mencapai nilai
tukar target. Tingkat mungkin target tingkat tetap atau sebuah band tetap di
mana nilai tukar dapat berfluktuasi sampai otoritas moneter campur tangan untuk
membeli atau menjual yang diperlukan untuk mempertahankan nilai tukar dalam
band. (Dalam kasus ini, nilai tukar tetap dengan tingkat tetap dapat dilihat
sebagai kasus khusus dari kurs tetap dengan band-band di mana band-band yang
diatur ke nol.) Di bawah sistem nilai tukar tetap dikelola oleh suatu dewan
mata uang setiap unit mata uang lokal harus didukung oleh unit mata uang asing
(mengoreksi nilai tukar). Hal ini memastikan bahwa basis moneter lokal tidak
akan mengembang tanpa didukung oleh mata uang keras dan menghilangkan segala
kekhawatiran tentang berjalan di mata uang lokal dengan mereka yang ingin
mengkonversi mata uang lokal ke mata uang (jangkar) keras.
Dalam dolarisasi, mata uang asing (biasanya dolar AS, maka
istilah “dolarisasi”) digunakan secara bebas sebagai media pertukaran, baik
secara eksklusif atau paralel dengan mata uang lokal. Hal ini dapat terjadi
karena penduduk setempat telah kehilangan iman semua dalam mata uang lokal,
atau mungkin juga kebijakan dari pemerintah (biasanya untuk mengendalikan
inflasi dan impor kebijakan moneter kredibel).
Kebijakan ini sering turun tahta kebijakan moneter dengan
otoritas moneter asing atau pemerintah sebagai kebijakan moneter di negara
mengelompokkan harus menyelaraskan dengan kebijakan moneter dalam jangkar
bangsa untuk mempertahankan nilai tukar. Tingkat dimana kebijakan moneter lokal
menjadi tergantung pada jangkar bangsa tergantung pada faktor-faktor seperti
mobilitas modal, keterbukaan, saluran kredit dan faktor ekonomi lainnya.
Pengaturan
jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
1. Kebijakan Moneter Ekspansif /
Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah
uang yang beedar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif /
Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi
jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money
policy).
Kebijakan
moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :
1.
Operasi
Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara
mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga
pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah
uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau
singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2.
Fasilitas
Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan
jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank
umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke
bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan
tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.
3.
Rasio
Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur
jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang
harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah
menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar,
pemerintah menaikkan rasio.
4.
Himbauan
Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada
pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk
berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak
jumlah uang beredar pada perekonomian.
Kebijakan
fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk
mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang
mendekati full employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan
jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi.
Bagi
negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara pendapatan
negara yang sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk menyediakan
barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar.
Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan
bdiatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak
ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.
2.3 Hubungan Antara Kebijakan Fiskal Dan Moneter
Sebagaiman kita ketahui bahwa
kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan
pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat
bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal
akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada
giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat
harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah
yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan
memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai
umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat
berharga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat penyusun simpulkan bahwa :
Kebijakan fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan
dengan tujuan untuk mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk
mempertahankan produksi Yang mendekati full employment dan untuk mempertahankan
tingkat harga barang dan jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi.
3.2 Saran
Bagi negara sedang berkembang sebenarnya sulit untuk
menyesuaikan antara pendapatan negara yang sedang berkembang rendah sedangkan
kebutuhan untuk menyediakan barang dan jasa serta membelanjai pengeluaran yang
lainya lebih besar. Sedangkan kebijakan campuran adalah merupakan campuran dari
dua kebijakan diatas yang di lakukan dengan cara mengubah pengeluaran,
pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar secara bersama-sama.
DAFTAR
PUSTAKA
https://donielibra.wordpress.com/makalah-ekonomi-makro-tentang-kebijakan-fiskal-dan
moneter/ (diakses: 11/06/2015, 09:11)
http://tugasgalau.blogspot.com/2015/04/makalah-kebijakan-fiskal-sistim.html
(diakses:11/06/2015, 11:48)